Keelokan Busana Adat Minangkabau yang Memukau

Foto: Denny Tjan


Provinsi asal rendang, Sumatera Barat ini memiliki ciri khas yang sangat unik pada jenis baju pengantin adatnya. Walaupun masih dalam satu provinsi, namun setiap daerahnya memiliki keunikan sendiri. Bukan sekadar bentuk estetik dan sejarahnya saja, namun juga dari segi fungsi serta maknanya juga.


Apakah Anda tahu bahwa busana adat Minangkabau terdiri dari dua jenis yakni yang berasal dari daerah pesisir dan daerah darek (daerah dataran tinggi). Keduanya dibedakan dari penutup kepala, bahan, motif hingga teknik riasannya. Kedua pakaian adat tersebut bisa digunakan untuk busana pernikahan yang disebut busana anak daro.


Pastinya Anda sudah tak asing lagi dengan mahkota kepala berupa suntiang yang sering terlihat di pernikahan adat Minang. Suntiang ini terdiri dari kembang goyang berbentuk besar dan tinggi hingga lima tingkat yang digunakan pengantin wanitanya (anak daro). Secara tradisi, pemakaian suntiang ini ditusukkan satu per satu pada sanggul yang sudah dipakai sebelumnya. Suntiang inilah ciri khas busana adat Pesisir.


Namun kini dengan semakin modernnya zaman, suntiang sudah dibuat menjadi satu rangkaian untuk mempermudah pemasangannya. Bahkan, dulu saja berat suntiang bisa mencapai 5 kg, tapi sekarang juga sudah banyak yang dibuat dari bahan yang ringan. Untuk warnanya, suntiang ada yang berwarna keemasan dan silver yang bisa dicocokkan dengan warna baju yang akan dikenakan.


Pakaian anak daro ini terkesan sangat mewah. Biasanya, bahan yang digunakan untuk busananya (baju kurung) adalah satin yang berwarna merah dengan sulaman benang emas. Baju kurung berwarna merah dengan sulaman berwarna emas ini sangat cocok dipakaikan suntiang berwarna emas pula.


Sedangkan untuk bawahannya, berupa kain sarung songket pandai sikek balapak motif rencong wajik dan pucuk rebung. Untuk menambah kemewahan sang anak daro, bisa ditambahkan perhiasan seperti kalung (dukuah), gelang (galang) hingga cincin berwarna emas.


Foto: Denny Tjan


Lihatlah anak daro yang diperankan oleh model ini, wajah Melayu-nya sangat cocok saat dikenakan suntiang berwarna emas dengan baju kurung berwarna merah. Riasannya yang sederhana tidak akan menghilangkan keindahan paras cantiknya muka dan pakaian yang dia kenakan.


Model menggunakan suntiang modern yang sudah sangat ringan namun masih tampak mewah. Bunga melati sebagai lambang pernikahan Nusantara juga disematkan di area kepala model. Walaupun ada beberapa bagian keseluruhan busana yang sudah dimodifikasi, namun bagian-bagian terpentingnya masih sangat jelas terlihat, seperti selempang yang menunjukkan tanggung jawab anak daro terhadap anak cucunya kelak.


Foto: Denny Tjan


Busana anak daro tersebut sangat cocok disandingkan dengan marapulai (pengantin pria) yang menggunakan pakaian berwarna dan berbahan senada yang bagian atasnya berwarna merah dengan bagian depan dibuat terbuka. Sedangkan untuk bagian dalamnya, bisa menggunakan kemeja putih yang ditutup dengan oto berwarna merah pula. Serta di bagian pinggang digunakan sesamping dari kain balapak yang dipakai di bawah baju.


Jangan lupa untuk melihat keragaman budaya lainnya di Indonesia Dream Wedding Festival (IDWF) 2020 yang bertajuk Authenticity pada 17, 18 dan 19 Januari 2020 di Jakarta Convention Center. Banyak hadiah yang akan menanti Anda. Ditunggu ya!


Credits:
Photographer: Denny Tjan | Make Up: Victoria Makeup Atelier | Stylist: Koko Namara | Baju Adat, Aksesoris & Hair Do by Des Iskandar | Model: Clara Becca from Wynn Models

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP
0