Menyatukan Pernikahan Madura dan Mandailing
Berada berdekatan tak membuat hati mereka ikut mendekat. Namun ketika jarak memisahkan, getaran cinta di dalam hati hadir untuk kembali mendekatkan.
Pernah berada dalam satu kampus dengan fakultas yang sama. Bahkan pernah menjalani mata kuliah yang sama, tak membuat Ratih dan Frisky saling mengenal satu sama lain. Hanya satu kesempatan di sport hall kampus mereka pernah saling sapa.
Hari berganti waktu pun berlalu. Tak terasa tiga tahun sudah mereka meninggalkan dunia perkuliahan ketika tiba-tiba Frisky menyapa Ratih melalui Path, yang disambung dengan ajakan untuk bertemu kembali dengan teman-teman kuliah. Pertemuan itulah yang mendekatkan keduanya. Rasa tertarik yang terus berlanjut ke sebuah hubungan serius, hingga akhirnya setelah dua tahun berlalu, Frisky pun melamar gadis pujaan hatinya tersebut. Sebuah lamaran romantis yang tak mungkin ditolak oleh Ratih.
Setelah memperoleh restu dari kedua belah pihak orang tua, keduanya mulai mempersiapkan pernikahan. Ingin terlibat langsung dalam setiap detail persiapan, membuat Frisky dan Ratih tak menggunakan jasa wedding planner. Untuk menghindari segala kerepotan, keduanya sengaja memepersiapkan segala sesuatunya sejak dini. Namun, semakin mendekati hari-H kerepotan itu pun tak dapat dihindari, ditambah pula dengan pekerjaan kantor yang semakin menumpuk. Karenanya Frisky dan Ratih sangat bersyukur saat semua dapat terlewati, dan pernikahan mereka yang digelar dalam dua konsep adat pun berjalan dengan baik.
Sesuai asal Ratih, akad nikah digelar dalam nuansa tradisi Madura yang dilanjutkan dengan prosesi mokak bleber, yaitu pembukaan tirai yang diiringi saling berbalas pantun, serta lekser talem dimana pengantin wanita duduk di atas talam dan diputar oleh pengantin pria.
Resepsi yang dilaksanakan menjelang petang di hari yang sama digelar dalam adat Mandailing, sesuai asal Frisky. Nuansa putih bercampur kayu yang menghadirkan mood lembut pada akad nikah berganti dengan kesan mewah yang ditampilkan dalam merah keemasan. Tari Tor-tor sebagai ciri khas pernikahan Sumatera Utara pun ditarikan oleh Frisky dan Ratih.